Pada hakekatnya, merancang sebuah kelembagaan
agribisnis pada satu kawasan terdiri atas tiga langkah pokok, yaitu: apa yang
mau dilakukan, lalu dilanjutkan dengan siapa yang akan melakukan, dan diakhiri
dengan bagaimana melakukannya. Ketiga langkah ini harus dilakukan secara
kronologis.
Pertama, apa yang akan
dilakukan dalam satu kegiatan agribisnis dapat dipecah menjadi sub-sub
kegiatan. Pertama, pada langkah awal dilakukan identifikasi dengan jelas
apa-apa saja kegiatan yang akan dilakukan. Untuk agribisnis padi misalnya,
kegiatan akan terdiri atas penyediaan benih, penyediaan pupuk dan obat-obatan,
penyediaan modal, penyediaan Alsintan, penyediaan air irigasi, penyediaan
tenaga kerja, pengolahan hasil panen, pemasaran hasil panen, penyediaan
informasi pasar, dan penyediaan informasi teknologi.
Kedua, untuk tahap siapa yang akan melakukan, aktor dalam ilmu sosial pada hakekatnya terbagi atas opsi individu atau kelompok (social group). Selanjutnya, aktor dalam bentuk kelompok dapat berupa formal atau non formal, ataukah berupa individual organization (misalnya kelompok tani dan koperasi primer) yang anggota nya adalah orang, dan secondary level organization (Gabungan Kelompok Tani dan koperasi sekunder) yang anggota adalah individual organization.
Pada tahap ini juga harus tentukan siapa aktor yang paling sesuai, karena tidak semua harus melalui organisasi formal. Mungkin sebagian bisa melalui organisasi yang sudah ada, atau mungkin perlu dibentuk organisasi baru; dan sebagian bisa dijalankan melalui personal relation. Secara sederhana, pilihan aktor terdiri atas tiga opsi yakni: (1) individu yaitu petani, buruh tani, pedagang gabah, pedagang kios saprodi, pemilik huller, dan lain-lain, (2) individual organization yaitu kelompok tani, kelompok wanita tani (KWT), kelompok penangkar benih, kelompok P3A, kelompok buruh tanam, kelompok buruh panen, atau bias juga koperasi primer dan perusahaan, dan (3) secondary level organization yaitu Gapoktan, koperasi sekunder, dan gabungan perusahaan. Koperasi sekunder atau gabungan perusahaan merupakan korporasi.
Ketiga,
berkenaan dengan bagaimana melaksanakan, maka perlu ditetapkan relasi yang akan
dipilih, yakni apakah secara mandiri (selfness),
melalui relasi indvidual (indiviudal relation)
atau melalui relasi kolektif (collective
action). Pilihan
berupa relasi kolektif, yakni ketika petani mewakilkan interaksinya kepada
kelompok atau organisasi dimana ia menjadi anggotanya. Disini petani
mengandalkan kepada organisasi untuk menyelesaikan masalahnya. Pertimbangan yang dipakai untuk sampai kepada
keputusan terbaik adalah: (1) alasan teknis, yakni mana pilihan yang
secara teknis paling mudah dijalankan (workable), (2) alasan ekonomi,
yakni mana yang paling menguntungkan (provitable),
dan (3) alasan manajerial, yakni secara manajemen siapa yang paling baik
menjalankankannya (manageable).
Gambar: Langkah-langkah rancangan bangun kelembagaan dalam korporasi petani
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar