Satu contoh korporasi petani yang telah mulai mewujud, meski belum
legkap, dapat dilihat di Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jabar. Saya
sempat mengunjungi ini tahun 2019 lalu.
Korporasi ini berbentuk
Perusahaan Terbatas (PT), berdiri dan mulai beroperasi pada Oktober 2018.
Wilayah cakupan adalah Kecamatan Pamarican yang terdiri atas 14 desa.
Perusahaan ini berdiri atas inisiatif BUMN dalam Program Digitalisasi dan
Wirausaha Petani, yang bekerja sama dengan gabungan Gapoktan dan Bumdes
sekecamatan. Pendiri perusahaan adalah PT Mitra Bumdes Nusantara (MBN),
Gapoktan Bersama, dan Bumdes Bersama dengan potensi pelayanan korporasi 6.200
petani dalam 152 kelompok tani. Pihak yang terlibat di luar korporasi adalah
Bank Mandiri sebagai pemberi Corporate Social Responsibility (CSR)
dan sekaligus pendamping manajemen
sehari-hari. Bantuan yang pernah diterima dari Bank Mandiri berupa RMU dan
modal kerja.
Sumber daya ekonomi sebagai
potensi bisnis usaha yang dimiliki korporasi adalah usaha tani padi sawah
petani seluas 4.600 ha. Cabang usaha korporasi saat ini adalah pembelian gabah,
penggilingan, penjualan beras medium dan premium, serta toko sembako termasuk
beras. Aset yang dimiliki berupa mesin RMU berkapasitas 3 ton gabah per jam dan modal kerja. Saat mendirikan
perusahaan, modal yang diinvestasikan hanya Rp 100 juta, Rp 51 juta di
antaranya berasal dari PT MBN, Rp 24,5 juta dari Gapoktan Bersama, dan Rp 24,5
juta dari Bumdes Bersama.
Pembagian keuntungan usaha
adalah 20 persen untuk PT MBN, sisanya untuk Gapoktan Bersama dan Bumdes
Bersama. Bisnis yang sudah berjalan (produk korporasi) adalah menggiling gabah
dan menjual beras premium ke pasar,
serta menyediakan kredit KUR dari Bank Mandiriuntuk petani. Produk yang
dihasilkan adalah beras premium dengan merk “Si Geulis” yang dijual ke pasar
bebas dan dari Program BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai) ke Bulog.
Bisnis lain yang akan dijalankan ke depan adalah pemasaran beras medium dan premium ke Bulog dan
pasar umum. Secara internal, pembagian peran di antara
mereka adalah dimana Gapoktan mensuplai gabah ke
perusahaan, sedangkan Bumdes fokus pada pemasaran beras. Harga beli gabah cukup
tinggi (Rp 5.600 GKP per kg). Korporasi juga membeli beras dari RMU kecil di
sekitar perusahaan (Rp 8.300-8.500 per kg) dengan skema proses rice to rice.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar